BAB 13
MOTIVASI, PENGAJARAN, DAN PEMBELAJARAN
MENGEKSPLORASI MOTIVASI
Apa Motivasi itu?
Motivasi
adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku.Artinya,
perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan
bertahan lama.
Perspektif Tentang Motivasi
Terdapat 4 perspektif :
behavioral , humanistis, kognitif, dan sosial.
Perspektif Behavioral
Perspektif behavioral
menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan
motivasi murid. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif
yang dapat memotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan
bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan
mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari
perilaku yang tidak tepat.
Perspektif Humanistis
Perspektif Humaniatis
menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan
untuk memilih nasib mereka. Dan kualitas positif (seperti peka terhadap orang
lain). Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa
kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan
yang lebih tinggi. Menurut hierarki kebutuhan Maslow, kebutuhan individual
harus dipuaskan dalam urutan sebagai berikut
§
Fisiologis : lapar,
haus, tidur.
§
Keamanan (safety) :
bertahan hidup, seperti perlindungan dari perang dan kejahatan.
§
Cinta dan rasa memiliki
: keamanan (safety), kasih sayang, dan perhatian dari orang lain.
§
Harga diri : menghargai
diri sendiri.
§
Aktualisasi diri :
realisasi potensi diri.
Perspektif Kognitif
Menurut perspektif
kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Belakangan
ini muncul minat besar pada motivasi menurut perspektif kognitif. Minat
ini berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu,
atribusi mereka (persepsi tentang sebab-sebab kesuksesan dan kegagalan,
terutama perspesi bahwa usaha adalah faktor penting dalam prestasi),
dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka
secara efektif. Perspektif kognitif juga menekankan arti penting dari penentuan
tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan.
Perspektif Sosial
Kebutuhan afiliasi atau
keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman Ini
membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan personal yang
hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka
untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka
dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru.
MOTIVASI UNTUK MERAIH SESUATU
Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang
lain (cara untuk mencapai tujuan) . Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh
insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid
mungkin belajar keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik.
Perspektif behavioral menekankan arti penting dari motivasi ekstrinsik dalam
prestasi ini, sedangkan pendekatan kognitif dan humanistis lebih
menekankan pada arti penting dari motivasi intrinsik dalam prestasi.
Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi
sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid mungkin belajar
menghadapi ujian karena dia senang ada mata pelajaran yang diujikan itu.
Proses Kognitif Lainnya
Atribusi. Teori Atribusi menyatakan bahwa dalam usaha mereka
memahami perilaku atau kinerjanya sendiri, orang-orang termotivasi untuk
menemukan sebab-sebab yang mendasarinya. Atribusi adalah sebab-sebab yang
dianggap menimbulkan hasil. Beberapa hal yang kerap dianggap sebagai penyebab
kesuksesan atau kegagalan adalah kemampuan, usaha, tingkat
kesulitan dan bantuan dan kemudahan tugas/soal, keberuntungan, suasana hati,
dan bantuan atau rintangan dari orang lain.
Bernard Weiner (1986,
1992) mengidentifikasi tiga dimensi atribusi kausal: (1) lokus,
apakah sebab itu bersifat eksternal atau internal bagi si aktor, (2)
kemampuan, sejauh mana sebab-sebab itu tetap tak bisa diubah atau dapat
diubah,dan (3) daya kontrol, sejauh mana individu dapat mengontrol sebab
tersebut. Misalnya, murid mungkin memandang sikapnya sebagai muncul dari
diri sendiri (berlokasi dalam diri), stabil dan tak dapat dikontrol.
Kecemasan dan Prestasi
Kecemasan adalah perasaan takut dan kegundahan yang tidak jelas dan
tidak menyenangkan. Hal ini adalah hal yang normal apabila terjadi pada seorang
murid di sekolah saat ia tidak dapat mengerjakan suatu hal yang ia anggap
sulit. Pastinya seseorang yang memiliki tingkat kecemasan yang berlebihan dapat
menganggu kemampuannya dalam belajar sehingga dapat menurunkan prestasi
seseorang untuk mencapai suatu target yang diinginkan.
Motivasi, Hubungan dan Konteks Sosiokultural
Motif sosial adalah kebutuhan dan keinginan yang dikenal melalui
pengalaman dengan dunia sosial. Perhatian terhadap motif sosial muncul
dari katalog kebutuhan (atau motif) yang disusun Henry Murray, yang
mencakup kebutuhan akan afiliasi atau keterhubungan, yakni motif untuk
merasa cukup terhubung dengan orang lain. Kebutuhan ini membutuhkan
pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan hubungan yang akrab,
hangat, dan personal. Kebutuhan sosial murid direfleksikan
dalam keinginan mereka untuk populer di mata teman sebaya dan kebutuhan punya
satu kawan akrab atau lebih, dan keinginan untuk menarik di mata orang yang
mereka sukai
Hubungan Sosial
Antara lain hubungan
dengan:
§
Orang tua
§
Teman sebaya ( peer)
§
Kawan
§
Guru dan mentor
§
Guru dan Orangtua
Murid Berprestasi Rendah dan Sulit Didekati
1. Murid yang Tidak
Bersemangat
Murid jenis ini mencakup :
- Murid berprestasi rendah dengan ekspektasi kesuksesan
yang rendah
- Murid dengan sindrom kegagalan
- Murid yang termotivasi untuk melindungi harga dirinya
dengan menghindari kegagalan
2. Murid yang Tidak
Tertarik atau Teralienasi ( Tersaing).
Sumber :
Santrock, J. W. 2004. Psikologi Pendidikan. Edisi Kedua.
Diterjemahkan oleh: Tri Wibowo BS. Jakarta. PRENADAMEDIA GROUP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar